Masih saat SMA dolo. Waktu itu ada seorang teman sekelas saya yang sudah dua hari tidak masuk. Kami pun bertanya-tanya, ada apa dengan kawan tersebut. Ternyata dia sedang sakit. Saya dan beberapa orang teman menyusun rencana untuk menjenguk kawan tadi. Diputuskan besok kami berangkat.
Esok harinya setelah jam pelajaran selesai, saya dan teman-teman, berjumlah sekitar delapan orang, berangkat ke TKP. Kami berangkat dengan menaiki sebuah bus. Sampai di dekat lokasi kami turun. Namun untuk sampai ke rumah kawan saya tersebut kami harus mencari angkutan lagi, karena jarak antara rumahnya dengan kami turun masih lumayan jauh. Kalau jalan kaki mungkin banyak yang lepas kakinya nanti... hehe. Saat itu transportasi yang selalu standby di sana adalah dokar (delman).
Setelah bernegosiasi dengan alot untuk menetapkan harga, kami pun memilih satu dokar untuk delapan orang. Saya sebenarnya ragu, apakah mampu dokar tersebut mengantarkan kami bersembilan (dengan kusirnya), apalagi ada seorang teman saya yang berukuran jumbo. Namun sang kusir dengan mantap mempersilkan kami menaikinya. Kami pun naik. Tali ditarik, sang kuda memekik, dokarpun jalan.
Benar dugaan saya, sang dokar berjalan terseok-seok. Semakin lama semakin parah aja seoknya. Melihat hal itu sang kusir memberi aba-aba kepada kami, " tolong agak mundur bro! (dengan harapan supaya bebannya lebih ringan)". Mendengar aba-aba itu kami semua menggeser badan ke belakang, akan tetapi......karena kami semua mundur kecuali kusir, beban bagian belakang menjadi lebih berat. Akibatnya sang kuda terangkat ke atas seperti atraksi jumping, sambil teriak-teriak, " asyemmm... jangan mundur semuanya" hehe begitu kiranya bunyinya, sambil geleng-geleng ke kiri dan ke kanan. Dokar pun terpelanting masuk ke parit, kami pun morat-marit. Sang kusir marah-marah, " yang dimaksud mundur tu jangan smuanya mundur, sebagian aja..sial...!!" Aduuh... sorry pak kusir, maap... maap....
Setelah semua keadaan aman dan terkendali, kami kembali naik ke dokar dengan posisi yang lebih teratur. Kali ini pejalanannya lebih mulus. Tak lama berselang kami pun sampai ke rumah kawan tersebut. Merasa telah selesai tugasnya, pak kusir mohon pamit. Kami pun berdoa semoga tidak masuk parit... lagi....hehe....